“ Jika anda diibaratkan menjadi sesuatu, maka anda ini seperti apa mas? “

[saya terdiam beberapa saat, pertanyaan yang sepenuhnya tidah saya duga akan saya dapatkan hari itu]

Seperti air bu, saya tidak pernah tau bagaimana hidup saya kedepan, saya hanya berusaha melakukan yang terbaik dimanapun takdir menempakan saya. Jika saat ini saya bekerja maka saya akan menjalaninya dengan usaha semaksimal mungkin, demikian halnya hari ini di proses mengejar beasiswa dan mimpi melanjutkan sekolah, maka saya akan menjalaninya dengan usaha yang maksimal pula – Jakarta, Juni 2014 –

HS2434

Juni di tahun 2014, saya masih mengingat suasana ruang di Universitas Negeri Jakarta saat itu. Ruang yang cukup besar untuk saya beradu nyali sekali lagi, kali ini perihal mimpi untuk dapat bersekolah lagi. Jakarta hari itu seperti biasanya riuh penat dan penuh dengan energy yang seakan tak terbatas. Agaknya hari itu jauh dari kata biasa, saya juga masih bisa mengingat kemeja coklat yang saya kenakan satt itu berikut celana formal-outdoornya dengan warna senada. Entah kenapa saya merasa kemeja itu menjadi kemeja keberuntungan saya, setelan yang sama ketika saya gunakan ke luar negeri untuk pertama kalinya.

Sejak terpublikasinya tulisan saya yang pertama mengenai ikhtiar beasiswa, dan hal-hal mengenai LPDP. Serta beberapa kali saya berkesempatan memberikan informasi beasiswa, termasuk didalamnya menjadi mentor di kelas online mengenai belajar diluar negeri. Maka seiring dengan hal-hal itu pula pertanyaan dengan topik “tips and trick” mengalir dengan derasnya baik secara langsung maupun tidak. Saya sendiri kebingungan untuk menjawab pertanyaan sejenis ini. Bukan berarti saya tidak mau menjawab, tapi kecurigaan saya apa memang benar ada semacam tips dan trick untuk mendapatkan beasiswa. Pada akhirnya saya melakukan riset kecil melalui mesin pencari google dengan kata kunci tips and trick interview lpdp, dan hasilnya mengejutkan keyword ini menyentuh hamper angka satu juta pencarian. Angka yang luar biasa banyak jika di banding pencarian kata nelzamiqbal (halah).

Kembali kemasalah tips and trick wawancara, saya juga jadi ingat masa diawal saya menerima undangan wawancara pada batch 3 Juni 2014. Siang itu saya masih berada di depan meja kerja saya di sebuah biro arsitektur di Jakarta. Namun, email yang tak di sangka itu pun dating juga, dan berhasil mengalihkan perhatian saya dari pekerjaan saya, beruntungnya saat itu tepat waktunya kami beristirahat. Saya pun langsung tergerak untuk mencari tips wawancara beasiswa, bedanya? hasilnya tidak semasive sekarang. Hanya beberapa blog dan website yang mengulas mengenai hal ini. Cukup wajar kiranya hari ini banyak ditemui tulisan mengenai LPDP bertebaran di dunia maya. Apalagi menginjak tahun kelima beasiswa LPDP, lembaga ini telah melahirkan banyak awardee yang tersebar di dalam dan luar negeri. Ketika tulisan ini dibuat jumlah itu sudah menyentuh angka Persiapan Keberangkatan 77, tiga kali lipat dari angka PK saya PK-21.

Tulisan ini dibuat sebenarnya menjelang musim wawancara LPDP, dimana saya yakin angka keyword tips and trick lpdp juga akan semakin bertambah. Karena itulah saya jadi tertarik untuk berkontribusi, tapi sekali lagi tulisan ini bukan tentang tips dan trick. Kenapa? Terlepas dari banyaknya sumber yang sudah menuliskan tentang wawancara LPDP. Saya jadi sedikit tergelitik untuk berpendapat, kalau memang benar tips dan trik itu eksis maka beasiswa LPDP benar-benar bisa menjadi suatu hal yang terfabrikasi dong? Ini sama halnya dengan ketika teman-teman mencoba mencari tips test psikologi, maka kebanyakan anda akan menemui jawaban gambarlah pohon dengan rantingnya akar dan buah, maka dengan ini anda akan menunjukkan sikap anda yang jeli cekatan penuh perhitungan dan seterusnya.

Hal ini tentunya akan memiliki potensi yang sama ketika saya membaca beberapa blog tips dan trik. Semisal kalau ada pertanyaan perihal apakah kelebihan dan kekurangan saudara sebagai personal maka triknya usahakan carilah jawaban yang aman, seperti saya ini orangnya mudah percaya sama orang, sehingga kurang bisa mengantisipasi niat buruk seseorang. Nah loh, kalo misalnya sekian ribu calon penerima beasiswa menggunakan sumber yang sama, maka ada kemungkinan jawaban ini menjadi jawaban sejuta ummat. Dan kelihatan dong kalo sebenarnya itu jawaban bukan dari hati apalagi cerminan jati diri ?. Yang jadi concern saya sebenarnya bukan pada muatan jawabnya, tapi lebih kepada unsur driven-character yang akhirnya menjadi terlihat sangat tidak biasa. Saya yakin bapak-bapak, dan ibu-ibu interviewer beasiswa belakangan ini menjadi lebih selektif daripada sebelumnya. Kriteria terpilihnya kandidat penerima beasiswa akan semakin berada pada level yang berbeda, barangkali kalau saya di posisi calon awardee hari ini, maka saya juga akan ragu apakah saya bisa menembus kriteria seleksi yang diinginkan atau tidak.

Berangkat dari hal itulah, saya mencoba menuliskan hipotesa mengenai (bukan) tips and trick ini. Hipotesa ini dibangun dari proses pemahaman selama menjadi awardee selama dua tahun ke belakang. Anda boleh bersepakat boleh tidak, karena memang ini juga pendapat pribadi. Hipotesa itu nantinya akan saya jabarkan secara singkat dalam lima kata kunci:

Pertama Niat 

Ringkas saja, hidup itu tidak susah, tidak perlu terlalu kau rencanakan, kalau hatimu isinya niat baik, niat baik dan niat baik, maka insya allah jadi. Petikan kata-kata ini saya ambil dari kutipan tulisan Emha Ainun Najib. Ya, terkadang kita lupa bahwa niat itu letaknya sangat mendasar dalam kehidupan kita. Anda salah niat, maka bisa jadi apapun langkah yang anda lakukan untuk mendapatkan tujuan anda akan rentan menemui ganguan. Jangan lupa proses interview ini melibatkan juga psikolog yang pastinya bukan kelas pemula. Karenanya perbaiki niat anda, sebenarnya untuk apa sih anda susah-susah menempuh proses seleksi beasiswa ini. Apa benar anda menginginkan jadi agen perubahan perbaikan negeri pertiwi? Ataukah ada niatan lainnya dibalik segala proses yang akan anda jalani? Tanyakan sekali lagi (dan lagi) pada dirimu sekarang.

Kedua Hati

Menjelang keberangkatan saya pada saat pertama kali menjadi perwakilan Indonesia berkompetisi di Regional Asia. Almarhum dosen saya Alm. Dr. Galih W Pangarsa dengan tegas mengkritik semua gaya presentasi saya pun demikian dengan juga dengan konten materi yang saya bawakan disaat kita sedang melakukan proses gladi resik menuju keberangkatan. Bisa jadi pada saat itu saya terlalu terlihat memikul beban, dimana saya ingin terlihat sempurna. Jadinya malah saya tidak bisa menampilkan apa yang sebenarnya jadi misi saya mengikuti berbagai kompetisi arsitektur disaat kuliah. the most important thing to join the competition is not to win prizes and prestige, but to share ideas solving our common problems what is it? environmental degradation, poverty and its social inequality, cultural impoverishment, etc.. bon courage!. Ya, saya lupa bahwa niatan saya sebenarnya bukan hadiah, bukan menjadi pemenang tapi tersampaikannya ide dan gagasan yang jadi ikhtiar saya menuju perbaikan. Disaat itu pula beliau menekankan, pentingnya berbicara dan menyampaikan dengan hati dan niat yang tepat sehingga nantinya pendengar, juri, atau bahkan interviewer (dalam konteks beasiswa) bisa menangkap apa maksud kita sebenarnya.

Ketiga Antusiasme

Pernahkah anda melakukan pekerjaan, dimana anda menemukan satu titik dimana anda tidak mau diganggu gugat untuk menyelesaikannya. Anda tidak peduli lagi detik demi detik jam dinding anda yang terus mengalir, atau kondisi perut anda yang sebenarnya juga membutuhkan asupan energi. Akui saja, bahwa antusiasme terhadap sesuatu membuat anda memiliki energi yang berbeda. Kehilangan antusiasame dalam mengejar goal, akan mengendurkan semangat juang anda. Seorang sahabat saya Arsyandi Mulia, mengingatkan saya akan pentingnya menjaga determinasi dan antusiasme, kala itu saya sedang gagal untuk kali kedua uji kemampuan Bahasa Inggris, coba bayangkan ketika saya tidak menjaga antusiasme saya kala itu mungkin hasilnya berbeda. Lebih lanjut, dalam segala hal bagi saya antusiasme itu penting untuk terus dibawa, termasuk ke persoalan interview beasiswa. Energi orang yang membawa semangat dan antusisasmenya akan selalu berbeda, dan ini akan membantu anda mencapai derajat percaya diri yang hakiki. Dalam hal ini, percaya diri jangan hanya diartikan sebatas percaya pada kemapuan diri sendiri, tapi perluaslah bahwa percaya diri ini lahir dari antusiasme anda meraih sesuatu, dan anda yakin Tuhan akan bersama anda dalam mewujudkannya.

Keempat Doa dan Sedekah.

Ayah saya pernah mengatakan jangan pernah berhenti meminta dan meremehkan doa, karena kita tidak pernah tau doa mana yang akan dikabulkan. Sejak saat itu lah dalam hal apapun dan bertemu dengan siapapun, saya selalu menyempatkan diri untuk meminta didoakan. Selain tentunya kita juga berdoa dengan cara kita sendiri. Restu dan berkah kedua orang tua, terutama ibu juga selalu menjadi pembeda, maka jangan lupa untuk selalu mengabarkan dan meminta doa kepada orang tua anda. Sedekah berada di layer yang berbeda, sudah tidak perlu ditanya mengapa kita harus sedekah. Ingatlah tidak akan berkurang bahkan hilang harta yang kita sedekahkan melainkan Tuhan akan menggantinya dengan berlipat ganda. Sekarang tinggal keputusan di tangan anda, mau menjalaninya atau mengabaikannya.

Kelima Berpasrah

Dipenghujung tulisan singkat ini akan saya coba mencoba menggaris bawahi pentingnya berpasrah. Ya mungkin jika kita berpasrah, Tuhan juga akan menunjukkan jalannya dengan cara dan bentukyang teramat berbeda. Teringat kembali tulisan Cak Nun mengenai hal ini, yang penting bukan apakah kita menang atau kalah, tuhan tidak mewajibkan manusia untuk menang sehingga kalah pun bukan dosa ,…yang terpenting adalah seseorang berjuang atau tidak berjuang. Ingatlah kegagalan beasiswa itu bukan akhir segalanya, barangkali Tuhan sedang menyiapkan takdir lainnya yang bisa jadi lebih indah. If plan A didn’t work, the alphabet has 25 more letters! stay cool mate!

Akhir kata selamat mengikuti aliran air dalam hidup kita, saya pastikan kejutan akan selalu hadir di setiap lini jika kita bisa menikmatinya. Selamat berproses menyusuri aliran air masing-masing, kita tidak pernah tau kapan kita menemukan samudra, satu kata yang pasti, kita jangan berhenti berupaya. Sekali lagi ini bukan tips dan trik wawancara beasiswa (saja), tapi tulisan ini juga sedang berusaha merenavigasi niatan hidup saya kedepannya.

Manchester, 08-08-2016

 

One response

  1. nice article bro! menginspirasi. pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak saya perlahan-lahan mulai terjawab 😀

    Like

Leave a comment

The author

@nelzamiqbal

Related posts