tentang Probolinggo Hitz, dan menghitz-kan Probolinggo

Pernahkah anda ditanya darimana anda berasal? dan lalu kesulitan untuk menjelaskannya. Mungkin bukan semata-mata itu perihal tidak dikenalnya daerah asal anda. Tetapi juga background nomaden keluarga anda yang membuatnya sulit untuk dijelaskan. Pada saat saya mengahapi pertanyaan speaking IELTS bagian pertama, pertanyaan ini juga muncul tanpa diduga:

would you mind to tell me about your home town?

It’s a bit complicated, I was born in Sidoarjo but I just had my first and second year in that town. Then my family moved to Probolinggo, it’s a small city compare to Sidoarjo, and I spent my childhood times there until I graduated from my Senior High School. After all, I continue my study in Malang to obtain my bachelor’s degree, even though when I was so young my mother also brought me in Malang for a few years. See? It’s hard to tell what my home town is, but I would prefer to explain about Probolinggo,…..jawab saya ketika itu.

Dilain sisi premise pertama mengenai ke tidak terkenalan kota asal, saya dapatkan pada saat berkesempatan untuk berkehidupan di luar negeri. Selalu ketika ada teman atau orang lain bertanya, nelza where are you from? Saya selalu memulainya dengan It’s hard to explain, because normally people just recognise Bali and Jakarta. So It is Probolinggo,….kemudian saya mencoba menjelaskan bagaimana Probolinggo itu. Tetapi ada juga kejadian mengejutkan ketika seorang teman yang tiba-tiba bertanya dengan penuh semangat, Nelza you have to guide me to Bromo Mountain , it’s so wonderful….How do you know that (tanya saya)? Sedang pertanyaan ini muncul dari teman saya yang belum pernah sama sekali menanyakan atau mengetahui perihal home town saya. Dia lantas melanjutkan pertanyaan,..Are you from Probolinggo , aren’t you? . Wah dia bisa tau dari mana saya berasal sebuah hal yang mengejutkan bagi saya, dan jadi ge-er dikit kan. Tapi itu juga tidak berlangsung lama, karena saya juga sadar sempat menuliskan from probolinggo di profile facebook saya. Hmm , bule-bule ini kepo juga ya ternyata?

Kembali lagi ke fokus tulisan ini yang sesuai judulnya ProbolinggoHitz, dan menghitzkan Probolinggo. Sebenarnya jika mengacu pada konsep etymology kata, Hit ini dipakai sejak ada abad ke 15 untuk memberikan arti permainan, lagu, maupun personal yang telah sukses. Sehingga, kalau dirunut dari asal muasalnya maka hitz ini seharusnya adalah cerminan dan penggambaran sesuatu hal yang luar biasa berhasil. Sayangnya istilah ini sekarang mengalami banyak perubahan makna, apalagi dikalangan anak muda Indonesia yang maha menarik nan kreatif. Salah satunya ya jelas akun Instagram satu ini @probolinggo_hitz dengan taglinenya probolinggo juga bisa hitz! . Akun ini berseliweran di timeline Instagram saya tanpa sengaja, dan akhirnya memantik rasa penasaran saya terhadap duitunggal antara probolinggo dan hits. Dan benar saja akun ini @probolinggo_hitz malah jadi ajang eksis anak muda kemaren sore, yang mungkin menurut pendapat saya masih jauh dari value kata ngehits ketika pertama kali digunakan di abad limabelas. Sempat pula saya bergumam di suatu malam, oh ngehitz itu begini, …pose foto bukan sembilan puluh derajat, miring ke kanan kiri, atau foto pura-pura dicandid. Ya ini jauh dong dari harapan saya sebelumnya, dimana akun ini harusnya (minimal) seperti Good News From Indonesia , yang cukup aktif mengabarkan hal baik apa yang sedang di miliki anak-anak Indonesia baik di dalam maupun luar negeri. Sehingga keberadaanya mampu menjadi pengobat rindu akan kota manga yang mulai jarang saya kunjungi semenjak berada di bangku kuliah ini. Saya jadi curiga, jangan-jangan masih banyak akun-aku seperti ini Malang-Hitz, Surabaya-Hitz, Kendal-Hitz, Bekasi-Hitz, ah sudahlah saya nggak berani meriset tentang hal ini.

Selanjutnya perihal ke-hitzan dengan definisi pertama, saya jadi ingat ketika masih berseragam putih abu-abu, saya selalu terkagum dengan kakak kelas atau bahkan teman sebaya yang berhasil turut andil dalam skema program pertukaran belajar. Atau lebih jauh lagi probolinggo-man or women yang terpantau sedang berada di luar negeri. Maklum bagi saya sampai saat ini Probolinggo masih kota kecil, yang mungkin masalah pergi keluar negeri untuk pemuda dan pemudinya masih bisa dihitung jari. Ibu saya sendiri ketika mendengar putra-putri teman kantornya yang kebetulan sedang diluar negeri selalu memceritakan hal ini dengan penuh semangat membara dan bisa berulang dari pagi sampai malam dalam tiga hari berturut-turut. Ya pergi ke luar negeri dari saat itu hingga saat ini mungkin masih dianggap prestasi membanggakan. Tapi saat ini saya mendapatinya bukan cuman sekedar pergi keluar negeri saja. Bahkan secara sarkas seorang teman sering menganalogikan beasiswa yang sedang saya ambil seperti undian berhadiah, atau lebih parah lagi hadiah undian gosok ale-ale. Hahaha, tapi nyatanya usaha untuk sampai disini lah yang lebih menarik dari sekedar foto-foto yang diproduksi lewat social media. Ya, saya hanya merefer kata Colin Powell, seorang Jenderal bintang empat Amerika, menjadi hits atau sukses itu adalah buah dari persiapan, kerja keras, dan pembelajaran dari kegagalan. Itu akan lebih menarik untuk digali dan dicari tau.

DSCF7300

Ya berangkat dari apa yang di katakana Colin Powell, secara tidak sengaja saya benar-benar bertemu hitz maker probolinggo di luar negeri . Pertama saya berkesempatan dengan Fahmi Ranggamurti . Saya berkenalan dengan dia juga secara tidak sengaja, ketika mampir untuk sebuah conference di Istanbul. Dia adalah koleha dari teman saya Berto Utsman , yang kami juga tidak saling mengenal sebelumnya selain terafiliasi oleh lembaga developing skill Bahasa inggris paling gila se Indonesia, TEST-English School. Pada mulanya Berto bilang bahwa temanya ini berasal dari Purbalingga, tapi Jawa Timur nah loh Okey ! ini juga layer cerita yang berbeda, ketika Probolinggo disamakan dengan Purbalingga. Cukup sering saya dikira berasal dari Purbalingga, padahal dua kota ini juga wilayah administrative yang berbeda. Ah mereka pasti belum mengenal @probolinggo_hitz !. Saya mengenalinya dari logat dia bicara, aksen Jawa TImurnya yang kental akhirnya mmeberanikan diri saya untuk menerka. “mas dari mana ya” , “ada lah kota di Jawa Timur” , “okey, jowo ngendi mas” , “pasti nggak tau, probolinggo” , “ what de ! SERIOUSLY?” . Begitulah kagetnya saya menemukan pelajar perantau lain secara tidak diduga-duga juga berasal dari daerah yang sama. Lebih terkejut lagi ketika saya sadar mas Fahmi ini adalah kakak kelas saya sewaktu SMP, dan kita hanya berselisih satu tahun saja. Meskipun kita juga sama-sama tidak sadar bahwa kita pernah satu sekolah. Beliau menamatkan sarjananya bahkan di Korea, sebelum mendapatkan beasiswa untuk belajar di Turki. Usut punya usut dia lebih senang disebut atlet tradisional panahan, daripada mahasiswa pasca sarjana. Jangan pernah tanya sejarah panahan di jaman ustmani dan kekhalifahan Islam atau anda akan merasakan Wikipedia yang bisa bicara.

13230263_10209911233717672_4653986253957224970_n (1)

Selanjutnya , tentu saja mas Mika Affandy , saya juga nggak paham kenapa dia berubah nama dari mirza menuju mika !. Tapi bagi anda yang hanya selisih dua tahun keatas dan kebawah di masa SMP-SMA, nama mas mirza ini sudah sangat hitz dan cetar membahana. Saya sendiri juga sempat menjadikannya sebuah role model, tentang bagaimana menjaga keseimbangan akademik dan non akademik di kala usia belia. Mas ini dulunya sempet menjabat Ketua KIR dan Ketua OSIS paling keren dijamannya, mungkin bagi anak gaul probolinggo jaman segitu tidak afdol kalo nggak ngomong “kenal mas mirza nggak”. Ngomong-ngomong tentang mas ini….sekarang agak rebek sepertinya. Boleh sih rutin fitness sampai ke negara seberang, tapi tetep aja tidur dikarpet semalam malah jadi penyakitan seminggu ! Gimana nggak hebring Prince Jribing Lor ini. Hanya saja mas ini memang beyond the hitz, dengan coffee toffeenya yang menjelma menjadi waralaba kopi nasional Indonesia pertama, dan sedang menuju ekspansi ke dinginya kota London. Anyway, guys mas ini juga sudah terpantau radar @probolinggo_hitz lho, selamat yo mas anda sah terhits se probolinggo raya hahaha.

Sebenarnya masih banyak teman-teman dan senior saya yang juga sedang atau paling nggak pernah keluar negeri dengan jalannya masing-masing. Silahkan saja cek profile mbak yang dulunya tergaul kedua di Smasa (saya nggak tau yang pertama) Primi Suharmadhi Putri , yang sedang berada di Oslo. Mas Fauzan Rofiq dulunya mas ini bikin envy pas upacara bendera karena prestasi olimpiadenya, dan saat ini ada di University of Georgia, ada juga tetangga sebelah rumah di wonoasih yang masa gitu Faisal Maulana , doi pernah hidup di Kanada, sempat berurusan dengan International Program ITS dan sekarang berkiprah di Garuda, juga mas Mashlahul Afif yang sudah sekian lama berada di Jepang dan berkiprah di perusahan besar sekelas Toshiba. Dan saya juga harus memention teman saya Rani Hastari, yang malang melintang di projectnya United Nation dan saya yakin dia juga akan berangkat somewhere setelah ini. Atau yang lebih muda macam Karina Erda  , yang mungkin sekarang sudah menghatamkan permasalahan gigi warga Hiroshima, Jepang.

Nah kan banyak juga jebolan probolinggo yang oke punya, seandainya saya boleh berharap pada probolinggo masa depan. Maka kepada orang-orang ini lah yang harusnya jadi volunteer dan pioneer perubahan probolinggo yang lebih nyata. Selain tentunya geliat anak muda seumuran saya yang sudah menuju usia dewasa, yang saya yakin banyak bertebaran di jalurnya masing-masing didalam maupun luar negeri. Ya saya juga harus berpendapat, menurut saya hampir tidak ada perubahan berarti selain adanya Giant Probolinggo Plasa di Probolinggo dalam satu dasawarsa terakhir, pengertian hitz pun ter kerdilkan dengan jumlah likes dan eksistensi di social media. Kalau boleh saya berangan-angan untuk probolinggo, harusnya kota ini semakin mendunia, bukan dalam pengertian pariwisata saja, tapi …..ayolah probolinggo bukan hanya Gunung Bromo dan Tanjung Tembaga saja bukan?. Paling tidak hadirnya bisa menjadi kota yang ramah, dan selalu dirindukan untuk kembali lagi dan lagi. Keberadaanya mampu menjadi ajang aktualisasi diri anak-anak mudanya, namun sayangnya menghitzkan probolinggo ini bukan persoalan satu dua orang saja,

pertanyaan berikutnya apakah anda memiliki pemikiran yang sama ?

 

samping jendela NW54SA

London

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s