Internship Experience with Obayashi Corporation, Japan

Obayashi Corporation is one of the five major Japanese construction companies. It was founded by Mr. Yoshigoro Obayashi in 1892 in Osaka, and operates not only in Japan but also overseas including Southeast Asia, Australia, Europe and United States. Recently, Obayashi Corporation has been involving in many major Japanese landmarks for example the Kyoto Station, Tokyo Skytree, Namba Parks, Grand Front Osaka, and Tokyo Broadcasting System (TBS) Center. During 2016 Ando Program Host Company Training in Obayashi Corporation, there were two trainees have been working here in a ten-day internship since 3 October to 18 October 2016. My dearest colleagues from Bangladesh, Ishika Alim and I, Muhammad Nelza Mulki Iqbal from Indonesia, were given a design assignment about Osaka New Museum and we were taken on a building construction site visit in Kyoto and Osaka. It was a wonderful experience that we never imagined, working in a tight schedule while trying to learn as much as possible about Japanese construction technology and design approaches.

Continue reading “Internship Experience with Obayashi Corporation, Japan”

Advertisement

surat cinta untuk ibu saya

nel gimana hasilnya?

Alhamdulillah mi, reading listening dan writingnya lancar, speakingnya juga temanya nggak susah, tentang mimpi di masa depan,…jadi untuk yang kali ini nelza yakin bisa tembus, doakan saja ya mi.

Jawab saya dengan sangat amat meyakinkan di kesempatan kedua uji kemampuan bahasa. Saat itu sudah kali kedua saya menjalani test kemampuan Bahasa. Sudah jenuh rasanya tiap hari berlatih dan berurusan dengan materi-materi yang selalu sama. Di sebuah kota kecil bernama Pare, saya memulai meng-enolkan kemampuan bahasa asing saya lagi. Belajar memperbaiki kemampuan bahasa asing saya, yang sebenarnya juga tidak seberapa saya mendalaminya. Keputusan berpacu dengan waktu, dengan resiko untuk batal sekolah di luar negeri juga saya ambil saat itu. Itu kali kedua, tabungan sisa bekerja di ibukota juga semakin terkuras saja. Ah memang perjuangan itu selalu menyisakan banyak cerita.

Dan pengumuman itu pun datang, berbekal rasa percaya diri yang terlampau tinggi saya menatapnya dengan penuh keyakinan. Kegagalan di kesempatan pertama agaknya memberi pelajaran yang amat berarti. Saya menyiapkan diri sebulan lagi, sebulan setelah saya menerima hasil yang nyaris selesai di kesempatan pertama. Tapi untuk syarat administrasi, nyaris saja tidak akan pernah cukup, itu sudah harga mati.

dan lalu,

Continue reading “surat cinta untuk ibu saya”

tentang Probolinggo Hitz, dan menghitz-kan Probolinggo

Pernahkah anda ditanya darimana anda berasal? dan lalu kesulitan untuk menjelaskannya. Mungkin bukan semata-mata itu perihal tidak dikenalnya daerah asal anda. Tetapi juga background nomaden keluarga anda yang membuatnya sulit untuk dijelaskan. Pada saat saya mengahapi pertanyaan speaking IELTS bagian pertama, pertanyaan ini juga muncul tanpa diduga:

would you mind to tell me about your home town?

It’s a bit complicated, I was born in Sidoarjo but I just had my first and second year in that town. Then my family moved to Probolinggo, it’s a small city compare to Sidoarjo, and I spent my childhood times there until I graduated from my Senior High School. After all, I continue my study in Malang to obtain my bachelor’s degree, even though when I was so young my mother also brought me in Malang for a few years. See? It’s hard to tell what my home town is, but I would prefer to explain about Probolinggo,…..jawab saya ketika itu.

Dilain sisi premise pertama mengenai ke tidak terkenalan kota asal, saya dapatkan pada saat berkesempatan untuk berkehidupan di luar negeri. Selalu ketika ada teman atau orang lain bertanya, nelza where are you from? Saya selalu memulainya dengan It’s hard to explain, because normally people just recognise Bali and Jakarta. So It is Probolinggo,….kemudian saya mencoba menjelaskan bagaimana Probolinggo itu. Tetapi ada juga kejadian mengejutkan ketika seorang teman yang tiba-tiba bertanya dengan penuh semangat, Nelza you have to guide me to Bromo Mountain , it’s so wonderful….How do you know that (tanya saya)? Sedang pertanyaan ini muncul dari teman saya yang belum pernah sama sekali menanyakan atau mengetahui perihal home town saya. Dia lantas melanjutkan pertanyaan,..Are you from Probolinggo , aren’t you? . Wah dia bisa tau dari mana saya berasal sebuah hal yang mengejutkan bagi saya, dan jadi ge-er dikit kan. Tapi itu juga tidak berlangsung lama, karena saya juga sadar sempat menuliskan from probolinggo di profile facebook saya. Hmm , bule-bule ini kepo juga ya ternyata?

Continue reading “tentang Probolinggo Hitz, dan menghitz-kan Probolinggo”

London, (un) London, (re) London, refleksi satu tahun

Mengawali sebuah kebiasaan baik memang tidak mudah,

Namun pada akhirnya menulis adalah pilihan terbaik bagiku

Dan setidaknya inilah jalan paling bermartabat untuk melawan lupa

 

Agustus 2015,

 

Akhirnya setahun sudah blog ini mengangkasa, setahun…. Iya setahun yang sungguh tidak berasa,

setahun yang berjalan begitu cepatnya dan tanpa diduga-duga. Masih segar di ingatan saya, blog ini diinisiasi untuk menjawab kegelisahan saya untuk menuangkan memori, ide, keluh dan kesah, atau apapun itu kedalam bentuk tulisan yang terdokumentasi meskipun nyatanya sampai saat ini saya tidak jua merasa pandai merangkai kata. Namun kembali lagi, sebagai upaya melawan lupa bolehlah saya sedikit mengapresiasi blog saya ini. Setidaknya dalam sebulan, ada saja tulisan yang sudah saya publikasi. Terlepas isi dari tulisan itu menarik atau tidak, paling tidak saya sedang berusaha memenuhi janji saya sendiri.

 

fa421e07-45c2-4e36-9520-9a9c6d723a68

Hari ini Agustus 2016, setahun yang lalu saya memulai tulisan saya tentang ikhtiar untuk study lanjut dan segala hal mengenai beasiswa. Setahun yang lalu saya memulai tulisan saya di halaman depan rumah saya di sudut Kota Probolinggo, ditemani pekik suara ayam dan sesekali bising jalanan yang acapkali dilewati kendaraan roda dua. Sangat kontras dengan kondisi setahun lalu, hari ini saya berada di situasi yang sangat berbeda, duduk di sebuah kereta antar kota penghubung Birmingham dan Ibukota Britania Raya. Namun uniknya masih ada sedikit persamaan diantara keduanya, kebetulan saja pemandangan kiri dan kanannya mengingatkan saya pada sawah-sawah di kota tempat tinggal saya.

Continue reading “London, (un) London, (re) London, refleksi satu tahun”

Lebaran Yang Lain

Ada yang sedikit mengganjal di lebaran kali ini bagi saya. Tidak ada lagi riuh kemacetan jalanan, menuju arus mudik yang rutin kami sekeluarga lakukan. Juga gema takbir serta suara petasan yang hilir mudik bersahutan riuh di kiri dan kanan perjalanan. Hanya sesekali saya mendapat broadcast maaf-maafan di linimasa social media yang memang seolah menjadi kebiasaan menjelang lebaran. Ya, semua tenggelam dalam diam, hening dan sepi, sesepi suasana jalanan diarah depan jendela flat di London sebelah tenggara NW54SA.

Pagi itu seperti biasa, atau mungkin masih terlalu pagi karena saya juga belum beranjak dari kebiasaan harian berpuasa di negara ini. Sempat berharap untuk bermimpi berlebaran dan bersalaman dengan handai taulan, namun sayangnya itu juga tidak terjadi di malam itu. Tulisan ini agak terlalu melankolis memang, dan saya harus mengakuinya. Berlebaran pertama dari jauh dari keluarga adalah kenyataan pertama yang saya jalani sepanjang hidup. Celakanya ini jauh beribu-ribu kaki dari kampong halaman, tidak mungkin rasanya kembali ke rumah dalam tempo beberapa jam. Setidaknya waktu masih dalam perantauan di ibukota, atau pada saat kuliah di kota sebelah hal itu masih sangat mungkin dilakukan.

Tapi cerita ini cukup menarik untuk diceritakan ulang. Dan memang kusengaja kutuliskan tepat seminggu setelah lebaran. Kenapa seminggu? Bagi kawan-kawan yang tinggal di daerah tapal kuda dan terutama Madura tentu sudah tidak asing dengan tradisi telasan. Jangan berharap menemukan opor ayam di hari pertama lebaran. Tapi tepat tujuh hari setelahnya akan banyak kiriman opor dan ketupat berdatangan. Terkadang tradisi ini jauh lebih meriah ketimbang hari pertama lebaran. Inilah hebatnya orang Madura, ketika seluruh dunia mendapat satu lebaran, “kami” merayakannya dua kali. Dan tulisan ini sengaja saya hadirkan untuk mengingat moment itu, kendati materinya sudah cukup kadaluarsa seminggu lamanya.

Continue reading “Lebaran Yang Lain”

Lebaran Tadi Pagi

Lebaranku berpuluh ribu kaki
tanpa riuh anak kecil
dan gemuruh para pejalan kaki

Lebaranku cukup bertakbir dihati
Karena kemenangan adakalanya
Tidak selalu bertemu ruang ekspresi

Lebaranku berpuluh ribu kaki
Mengingat memori dini hari
Cerita senja dan obrolan pagi
yang selalu berhasil mendominasi

Ah
Tanpa ketupat dan petasan
Aku usahakan selalu berlebaran
Paling tidak berbaris menata niatan
Dan menjadi berarti
bagimu yang berada di kejauhan

Continue reading “Lebaran Tadi Pagi”

ada butiran doa di setiap selfie, sebuah catatan kunjungan Jokowi dan para Menteri

 

do not judge the book by its cover

do not judge the selfie before you try!

CgkoePXWMAAJBZy

Saya jadi sadar kenapa pada akhirnya seorang Agus Mulyadi, yang di masa mudanya sempat dikenal si raja selfie bareng artis sehingga menjadi amat fenomenal seperti sekarang. Meskipun pada kenyataanya dia harus mengerahkan segenap jiwa dan raganya untuk memodifikasi hasil foto bareng artisnya agar terlihat alami.

Atau barangkali belajar dari kasus selfie yogya yang popular di media beberapa bulan lalu, dimana kita harus kembali berterimakasih pada kosa kata selfie yang menjadi headline banyak status social media saat itu. Karenanya lah kita tau Indonesia masih punya tempat yang harus dijaga.

Selfie sebuah kata yang dinobatkan oleh The Oxford Dictionaries sebagai Word of the Year 2013 lagi-lagi menarik perhatian saya. Keberadaanya terkadang menjelma seperti halnya mantan, resah untuk dipikirkan, tapi tetap saja berulang kali kita meng-kepoinya. Dalam hal ini selfie mungkin lebih dasyat, ketika kita sendiri mawas diri dan mengkritiknya. Namun pada kenyataanya kita akan dengan senang maupun berberat hati melakukannya.

Continue reading “ada butiran doa di setiap selfie, sebuah catatan kunjungan Jokowi dan para Menteri”

Catatan Online Lecture IYOIN 10 April 2016

2nd-olec-iyoin-lc-solo

Tertanggal 10 April 2016 lalu, saya berkesempatan untuk membagi cerita tentang beasiswa, study abroad, dan semua hal tentang studi di luar negeri melalui sebuah platform bernama IYOIN (Indonesian Youth Opportunities in International Networking) http://iyoin.org/ . Sebuah NGO yang didirikan teman-teman muda di Malang, dan saat ini sudah mulai mengcover beberapa wilayah di nusantara. Sempat terpikir dulunya membuat sebuah platform seperti ini, dengan agenda rutin berupa seminar online yang memberikan iklim diskusi sharing knowledge yang tidak terbatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini juga tidak lepas dari kegiatan di masa awal selesainya Persiapan Keberangkatan – LPDP Batch PK 21, dimana angkatan kami menggunakan platform online sosial media LINE untuk lebih mengenal satu sama lain melalui sebuah tajuk program “WEB-BINAR”. Di tiap bulannya kami rutin mengadakan program satu jam lebih dekat, dan juga sharing informasi mengenai apapun. Dimulai dari wacana nikah muda, IELTS, diskusi masalah Urban dan Arsitektur hingga ke pembahasan kesehatan. Sayangnya setelah sempat beberapa bulan menjadi rutinitas kami, kebiasaan ini mundur teratur dan kemudian menghilang begitu saja. Istiqomah memang susah nyatanya, apalagi disaat kami sudah memulai perkuliahan kami masing-masing. Terkadang menengok pembahasan di group angkatan saja sudah cukup susah. Tapi tenang saja bonding kita sebagai PK21 Cakra Buana masih tetap terikat seperti janji kami pada saat PK “Devoted21ndonesia”.

Online gathering seperti ini merupakan pendekatan yang tidak sepenuhnya baru, karena memang platform yang disediakan sudah ada dan banyak. Bermacam jenis social media dari whatsapp, line, telegram, facebookchat, sudah cukup familiar dipergunakan untuk mengkoneksikan individu-individu yang terpisah jarak dan waktu.

Continue reading “Catatan Online Lecture IYOIN 10 April 2016”

menemukan Jawa Timur di Nottingham

jalan-jalan

Terkadang alasan travelling di kota lain ketika berada di luar negeri cukup sederhana, hanya karena ingin berdialog dengan teman se-daerah, se-kampus, se-jurusan, se-PK, se-beasiwa, dan kesemuanya dalah wajar terjadi. Tidak perlu perencanaan yang cukup matang untuk berkunjung ke tempat kolega-kolega tersebut, karena nantinya pun kita akan mendapatkan partner jalan yang seru  dengan destinasi pasti dan tentu saja cerita-cerita unik dibalik layar. Nottingham, adalah kota yang sangat identik dengan legenda yang muncul sejak abad 17, Robbin Hood. Sebuah cerita superhero lokal, yang lagi-lagi bertema oligarki, dimana dia muncul sebagai pahlawan yang “membenarkan” pencurian orang kaya dikarenakan ketimpangan sosial pada saat itu. Lantas kemudian membagikannya kepada orang miskin di area hutan Sherwood dan Nottinghamshire.

Saya memulai perjalan sehari ini dengan sangat dinihari, beruntungnya ada beberapa teman LPDP East Java yang sudah berkenan membagi ruang tamunya untuk beristirahat sejenak, terimakasih Fenty dan Ovy. Ya, berangkat dari beasiswa dan daerah yang sama memang memberikan keuntungan tersendiri dan itu tentu saja berbeda. Tetapi disinilah keberuntungan dari jaringan beasiswa, terkadang anda tidak terlalu mengenal orang-per-orang, atau hanya bercengkrama melalui jejaring sosial, dan seketika anda bertemu maka anda tidak akan terlalu merasa seperti orang asing. Terima kasih juga Zazi, Navila, Icha, dan Dea, ibuk-ibuk rumpi yang seru !.

Continue reading “menemukan Jawa Timur di Nottingham”

cerita dari brighton, it is BRIGHT + ON

 

1

Kembali ke edisi #JJM , alias jalan-jalan murah, ya enaknya kuliah di central London adalah kebebasan dan variasi pilihan perjalanan jarak dekat (mapun jauh) dengan harga yang kompetitif. Apalagi jika traveling yang dimaksud sudah terplanning jauh-jauh hari bukan tidak mungkin anda mendapatkan tiket ke Eropa hanya 1 Poundsterling. Liburan easter biasanya masanya mahasiswa menjelah eropa, tapi berhubung saya tidak punya schengen visa (yang sebenarnya ada tapi sudah expired) dan kebetulan masih belum berencana membuat ulang, maka kota-kota disekitar London pun menjadi pilihan.

Brighton, adalah kota bagian dari wilayah East Sussex, kota ini hanya berjarak satu setengah jam perjalanan dengan kereta, dan jika beruntung bisa didapatkan dengan 8 Pounds PP !. Harga yang menarik bukan, dengan fasilitas kereta yang nyaman dan juga tawaran untuk mengobati kekangenan angin pantai khas Kuta Bali Indonesia, which always be the best one !. Brighton juga banyak ditempatkan sebagai “must see” city and atractions di daytrip from London. Brighton memiliki bentukan loop khas kota kecil di UK, hal ini yang menjadikannya ramah untuk traveler yang mau menjelajah area utama kota dengan berjalan kaki.

Continue reading “cerita dari brighton, it is BRIGHT + ON”